top of page
K! EVENT
Recent Posts

Optimalisasi Operasi Sepakbola untuk Performa Sepakbola (2-Habis)


Menyambung tulisan sebelumnya, optimalisasi organisasi Operasi Sepakbola dapat terjadi bila Sistim dan Mekanisme Kerja terintegrasi dalam suatu sinergi solid. Pada tabel di atas tergambar organisasi Operasi Sepakbola pada suatu sebuah klub sepakbola. Diandaikan Operasi sepakbola dipimpin oleh seorang Direktur Sepakbola. Ia memiliki kedudukan sejajar dengan Direktur lain yang mencakup area non sepakbola.

Direktur Sepakbola mengepalai Tim Utama, Akademi, Sekolah Sepakbola, dll. Pada tabel di atas struktur organisasi disederhanakan dengan hanya menerangkan organisasi Operasi Sepakbola di level Tim Utama yang dipimpin oleh Pelatih Kepala. Ia memimpin para pelatih juga staf yang dimasukkan ke beberapa Departemen. Area kerja mencakup Performa, Departemen Medis dan Pendukung.

Struktur organisasi Operasi Sepakbola yang digambarkan di atas hanyalah sebuah pengandaian. Setiap klub bisa memiliki struktur yang berbeda sesuai dengan konteks dan kebutuhan masing-masing. Hal terpenting adalah SDM yang ada mampu meng-cover seluruh pekerjaan operasi sepakbola, sehingga berkontribusi pada performa sepakbola optimal.

Hal lain yang penting diperhatikan adalah penamaan Asisten Pelatih. Penggunaan istilah “Pelatih Fisik” atau “Pelatih Kiper” sering dikerdilkan menjadi pengisolasian aspek fisik dan kiper. Peristiwa yang sering terjadi misal Pelatih Kiper hanya boleh bicara soal kiper. Padahal sepakbola olahraga tim. Dimana kinerja kiper berhubungan dengan kinerja pemain posisi lain. Untuk itu penulis berpreferensi menggunakan istilah Asisten Pelatih. Masing-masing asisten memiliki penugasan khusus. Misal asisten pelatih yang bertanggung jawab soal fisik. Atau asisten pelatih yang bertugas melatih kiper. Seluruh asisten pelatih adalah pelatih sepakbola!

Periodisasi Mingguan

Untuk mempermudah penjelasan tentang Operasi Sepakbola Optimal, penulis akan langsung menjabarkannya dalam simulasi program mingguan. Dimana diandaikan Tim bertanding di laga kandang pada hari Minggu. Kemudian di hari Minggu pekan berikutnya, tim akan menjalani laga tandang. Lalu bagaimana operasi sepakbola berjalan sepanjang pekan tersebut?

Selepas pertandingan 2x45 menit, persiapan menuju pertandingan berikutnya langsung bermula. Recovery menjadi isu yang paling krusial. Untuk menunjang recovery, tim biasa melakukannya dengan krioteraphy (ice bath), juga protein intake. SDM lain yang paling bekerja keras pasca pertandingan adalah Analis Video, Statistician dan juga Editor Video. Ketiganya harus mempelototi rekaman pertandingan, menganalisa, mengedit dan menyimpulkannya.

Senin (H+1)

Hari Senin adalah hari yang panjang dan melelahkan. Agenda pertama hari Senin adalah Latihan Tim Cadangan. Di hari pertandingan, pemain cadangan bermain dengan jumlah menit sedikit, bahkan tidak bermain sama sekali. Oleh karena itu, mereka harus berlatih intensif untuk memelihara kebugarannya. Idealnya, seperti di beberapa negara sepakbola maju, disediakan wadah Liga Pemain Cadangan (Reserves League). Pemain cadangan tim utama akan bergabung dengan tim Reserves agar terus menjaga mood kompetisi.

Paralel dengan Latihan Tim Cadangan, pemain tim inti melapor ke Pusat Medis Klub. Dokter bersama fisioterapis harus bekerja keras melakukan Post Match Injury Assessment. Di sesi ini, dokter dan fisio menginvetarisir segala keluhan dan laporan terkait kesehatan pemain. Hal ini penting agar deteksi dini terhadap potensi cedera dapat diketahui. Bahkan tim medis juga bisa melakukan penanganan cedera sedini mungkin.

Setelah melakukan injury assessment, sesi berikutnya adalah Recovery Training untuk pemain inti. Pemain yang sehat menjalankan protokol pemulihan seperti biasa. Pemain cadangan juga bisa dilibatkan dalam sesi Recovery ini. Sebab biasa pemain cadangan baru saja selesai menjalani latihan intensif. Sedangkan pemain yang mengalami cedera bisa langsung menjalani rehabilitasi cedera didampingi fisioterapis.

Recovery Training selesai, seluruh pemain dapat menjalani sesi lanjutan sesuai kebutuhan masing-masing. Sebagian bisa melakukan perawatan di Lab Fisioterapi. Lalu, pemain lain bisa mendapatkan treatment massage. Hari berakhir dengan makan siang bersama, sebelum seluruh pemain pulang ke rumah masing-masing.

Urusan pemain selesai, tidak demikian dengan pelatih dan staf. Setelah makan siang, pelatih harus segera melakukan Rapat Pleno untuk menyiapkan program pekan tersebut. Rapat dimulai dengan presentasi dari Analis Video didukung Statistician. Analis Video mempresentasikan dua hal. Pertama evaluasi match sebelumnya. Kedua analisa kekuatan calon lawan match berikutnya. Analisa ini terdiri dari penjelasan cara bermain lawan, kekurangan-kelebihan dan rekomendasi cara bermain.

Presentasi berikutnya adalah dari departemen medis. Seluruh pelatih dan staf akan mendengarkan kondisi terakhir seluruh skuad, pemain per pemain. Dokter bersama fisioterapis harus mempresentasikan hasil assessment paginya, diikuti rekomendasi load latihan untuk tiap pemain. Presentasi departemen medis ini nantinya menjadi referensi utama pelatih untuk menentukan Periodisasi Individu.

Setelah mendengar kedua presentasi tadi, pelatih kepala bersama seluruh asisten dan staf harus berdiskusi intens. Diskusi tersebut bertujuan untuk menentukan cara bermain tim (taktik) untuk menghadapi match berikutnya. Selanjutnya juga harus diputuskan implementasi taktik tim tersebut ke dalam program latihan. Penyebaran latihan sepekan diwujudkan dalam menetapkan Periodisasi Mingguan.

Rapat juga harus menentukan Periodisasi Individu dalam pekan tersebut. Periodisasi tersebut secara spesifik ditujukan pada misalnya pemain cedera, pemain veteran, pemain muda, dst. Misal pengurangan beban latihan untuk pemain cedera atau veteran. Atau pemberian ekstra individual training untuk pemain muda. Sebagai contoh stoper muda, sering kalah dalam duel udara. Maka asisten pelatih (individu), bisa berikan extra defensive heading training yang terintegrasi dengan program tim.

Terakhir, setelah periodisasi mingguan tim dan individu ditetapkan, maka tim pelatih perlu mempresentasikannya ke Manajer Umum. Tujuannya, agar unit umum dapat mempersiapkan berbagai hal pendukung demi mulusnya seluruh program. Hal tersebut mencakup kesiapan transportasi, konsumsi, logistic, lapangan, perlengkapan, dll.

Manajer Umum nantinya juga bisa mengkoordinasikan program mingguan tersebut ke departemen lain di luar Operasi Sepakbola. Misal ke departemen pemasaran atau media. Jadi andai departemen pemasaran butuh pemain untuk kegiatan komersial klub, bisa dilakukan di luar jam-jam Operasi Sepakbola. Dengan organisasi serapih ini, kejadian Ismed Sofyan dan Rachmat Affandi di Persija absen latihan karena harus jalani kegiatan komersial klub bisa dihindari.

Selasa (H+2)

Secara fisiologis, pemain akan rasakan kelelahan paling hebat di H+2 pasca pertandingan. Untuk itu, berikan LIBUR di H+2 merupakan kebijakan ideal. Kebijakan ini sering menjadi perdebatan. Banyak pelatih lebih memilih LIBUR di H+1, kemudian Recovery Training di H+2. Kebijakan tersebut bisa jadi alternative pada kasus khusus tertentu. Hanya saja pada kondisi normal, recovery di H+1 dan libur di H+2 jauh lebih ideal.

Mengapa demikian? Berikan libur H+1 pasca pertandingan mempersulit kerja departemen medis. Post match injury assessment sebaiknya dilakukan sesegera mungkin. Bila terlalu lama, deteksi potensi cedera akan terlambat diketahui. Hal lain adalah soal Latihan Pemain Cadangan. Bila beri latihan di H+2, maka pemain cadangan akan libur terlalu lama (2 hari). Selain itu, pemain cadangan juga masih akan alami kelelalahan di latihan H+3.

Hal lain yang harus diperhatikan ialah libur pelatih. Bila pemain cadangan tetap lakukan latihan di H+1, diikuti recovery training pada H+2, maka dipastikan pelatih dan staf tidak mendapatkan libur. Kondisi ini kurang baik. Pelatih sekalipun juga perlu memelihara kesegarannya. Penting pelatih kepala mengatur libur pelatih dan staf bila ingin menerapkan kebijakan ini. Jose Mourinho gemar kebijakan ini. Ia dengan teliti membagi jadwal kerja asisten dan stafnya, supaya tetap dapatkan libur.

Rabu (H+3)

Hari Rabu menjadi hari pertama latihan pasca libur. Di hari ini, pemain telah pulih dan memiliki kesegaran prima. Hanya saja, pemain tidak bisa langsung menjalani latihan intensif di hari ini. Sehari istirahat dan tidak aktif membuat pemain perlu kembali beradaptasi dengan ritme latihan.

Hari dimulai dengan latihan individu. Beberapa pemain bisa lakukan extra training sebelum latihan tim. Memperhitungkan testosteoron, jenis extra training yang pas dilakukan sebelum latihan team adalah strength training. Selain pencegahan cedera, latihan juga berguna untuk aktivasi. Tentunya penentuan program bukan oleh pemain, tapi keputusan pelatih berdasarkan kebutuhan individu.

Sebelum SETIAP latihan tim, pelatih dan staf perlu kembali melakukan rapat kecil singkat. Rapat ini bertujuan untuk mendiskusikan program harian dan pembagian tugas di lapangan. Asisten pelatih (kiper) dan asisten pelatih (fisik) misalnya dapat mendeskripsikan program latihan menyesuaikan program latihan tim. Sehingga latihan dapat berlangsung terintegrasi satu sama lain.

Mengingat hari Rabu adalah latihan perdana, maka perlu juga dilakukan pertemuan dengan pemain. Di pertemuan tersebut, dilakukan sesi video singkat yang berisi evaluasi dan analisa lawan berikut. Berdasarkan video tersebut, pelatih kemudian jelaskan cara bermain dan program latihan mingguan. Harapannya dengan pertemuan tersebut, pemain masuk ke lapangan dengan gambaran target taktikal yang jelas.

Seperti biasa latihan dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan berbagai kegiatan lain sesuai kebutuhan. Seperti fisioterapi, massage, sesi video, dll. Hari diakhiri dengan kegiatan makan siang bersama. Sebelum pemain pulang ke rumah masing-masing.

Hari berlanjut bagi pemain muda yang mendapatkan porsi extra training individu bersama asisten pelatih (individu). Di sini pemain akan mendapat latihan spesifik posisi sesuai tuntutan taktik tim. Kegiatan inilah yang dilakuan oleh Rene Mulensteen, asisten pelatih (individu) MU saat memoles Cristiano Ronaldo muda. Latihan teknik berbasis taktik tim.

Kamis (H+4, H-3)

Hari Kamis biasanya menjadi hari latihan terberat. Sebab beberapa pelatih sering memberi porsi latihan fisik sepakbola di hari ini. Alasannya, hari Kamis adalah hari kedua pasca libur. Artinya pemain telah beradaptasi dengan ritme latihan. Di sisi lain, hari Kamis (H-3) juga belum terlalu dekat dengan pertandingan berikut.

Hari dimulai dengan Latihan Rehab untuk pemain cedera, dilanjutkan dengan latihan tim dan aktivitas lainnya. Sebelum diakhiri dengan makan siang dan pemain pulang ke rumah masing-masing. Mengingat ini merupakan hari latihan terberat, biasanya tim membatasi kegiatan sampai setengah hari saja.

Jumat (H-2)

Hari Jumat menjadi hari terpenting untuk latihan pengembangan taktik tim. Untuk itu, departemen performa kembali harus beraksi dengan sesi videonya. Bila di pertemuan pertama, sesi video lebih banyak mengevaluasi pertandingan sebelumnya, maka di sesi video kedua akan lebih banyak kupas taktikal lawan berikut.

Jadwal dan jam latihan H-2 juga sebaiknya menyesuaikan dengan jam pertandingan berikut. Tujuannya untuk persiapkan jam biologis pemain memasuki pertandingan. Bila pertandingan dilakukan pukul 15.30, maka latihan dilakukan pukul 15.30 juga. Mengingat latihan dilakukan sore atau malam hari, maka latihan diakhiri makan malam sebelum pemain pulang ke rumah.

Sabtu (H-1)

Hari Sabtu adalah hari untuk melakukan perjalanan. Pelatih klub pro Indonesia umumnya menyukai keberangkatan di H-2. Sedang pelatih klub top Eropa lebih menyukai perjalanan di H-1. Bisa tetap menggunakan fasilitas latihan sendiri dan tidak lama meninggalkan keluarga jadi alasan utama. Bahkan Frank Rijkaard lebih ekstrim. Saat membesut Barcelona, ia selalu memilih untuk terbang di hari-H laga untuk kota yang bisa ditempuh terbang dalam 1 jam atau kurang.

Ritual yang biasa dilakukan di H-1 adalah ujicoba lapangan. Sekaligus latihan taktikal terakhir jelang laga. Dalam menjalani laga away, kinerja Manajer Umum sangat diandalkan. Ia harus memilih hotel yang tepat. Memiliki fasilitas layak, suasana kondusif dan lokasi strategis. Keberadaan gym, kolam renang dan kamar mandi bath tub sangat krusial untuk kebutuhan physical maintenance dan recovery. Hal krusial lain adalah konsumsi. Manajer umum harus memastikan kualitas konsumsi yang disajikan hotel memenuhi standar nutrisi untuk menunjang performa.

Minggu (Hari-H)

Hari pertandingan adaalah hari yang paling dinantikan seluruh punggawa tim. Kegiatan hari ini biasanya dimulai dengan latihan ringan di pagi hari. Perlu tidaknya latihan di hari-H ini masih menjadi perdebatan sengit di kalangan pelatih. Penulis berprefrensi bahwa latihan di Hari-H sebaiknya dilakukan berbasis kebiasaan individu. Artinya pemain diberi kebebasan untuk boleh berlatih, boleh tidak.

Kinerja manajer umum dan stafnya semakin diandalkan di hari ini. Ia harus mempersiapkan ruangan dan logistic untuk Team Meeting. Kemudian mengatur makan siang, pre-game snack, transportasi, dll. Penentuan keberangkatan jam amat krusial. Terlalu cepat tiba di stadion membuat bosan pemain. Tetapi, terlambat tiba di stadion adalah petaka. Untuk itu manajer umum harus memperhitungkan lalu lintas, jarak tempuh, dll.

Seperti yang telah dijelaskan, pasca pertandingan selesai, persiapan pertandingan berikutnya langsung bermula. Pemilihan jadwal kepulangan menjadi krusial. Ini terkait dengan jadwal recovery training. Sebagian pelatih memilih untuk pulang hari Senin siang. Dengan pertimbangan, Senin pagi bisa dilakukan latihan pemain cadangan dan recovery pemain inti. Kemudian Selasa libur total.

Kebijakan ini berisiko. Pertama, pemain cadangan jumlahnya terlalu sedikit, karena sebagian lain pemain cadangan tidak ikut rombongan away. Ini juga berarti pemain cadangan yang ditinggal tidak dapat berlatih. Kedua, keberadaan di luar kota membuat tim memiliki keterbatasan fasilitas. Baik untuk latihan, maupun untuk medical assessment. Ketiga, recovery training menjadi sedikit kurang bermanfaat, karena setelah itu pemain kembali alami kelelahan dalam perjalanan. Duduk di pesawat lama akan membuat hamstring memendek.

Alternatif terbaik adalah melakukan penerbangan malam langsung setelah pertandingan. Kemudian pemain diminta melapor ke pusat latihan pada hari Senin sore untuk melakukan latihan pemain cadangan dan recovery training. Selasa, tim tetap dapat menjalani libur total. Sayangnya, kebijakan operasi sepakbola ini hanya bisa dilakukan bila klub gunakan pesawat charter. Mau tidak mau, tim harus mengubah kebijakan ke H+1 libur dan H+2 recovery training.

Tidak Mungkin atau Tidak Mau?

Membaca tulisan panjang ini, pembaca pasti terus bergumam: “Apa mungkin operasi sepakbola semacam ini bisa dilakukan di sepakbola Indonesia?” Jawabannya sangat mungkin. Hanya saja klub pro Indonesia perlu memiliki SDM yang lengkap, framework yang jelas, serta sarana prasarana memadai. Prasyarat ini kemudian memunculkan pertanyaan selanjutnya, yakni “Maukah klub melakukannya?”

Jika klub tidak boros anggaran hanya untuk belanja pemain, klub pasti mampu mewujudkannya. Jika harga pemain asing katakanlah mencapai 1 milyar, maka klub bisa berhemat dengan misal hanya memakai 3 pemain asing saja. Jika penghematan ini dilakukan katakan 5 musim saja, maka klub bisa mulai berinvestasi untuk pusat latihan sederhana.

Untuk SDM, klub perlu menciptakan framework baku dengan sistem monitoring dan pelaporan yang sistematis. Sebab apa gunanya klub mempekerjakan Fisioterapis terbaik, tetapi klub tidak membangun sistim database Players Medical Record? Suatu hari fisioterapis hebat tersebut pergi dan klub kehilangan segalanya.

Klub pro Indonesia bukanlah organisasi kaya raya. Perlu dilakukan suatu operasi sepakbola yang “out of the box”. Bukan operasi sepakbola yang terus habiskan uang hanya untuk membeli pemain. Operasi sepakbola yang efektif dan efisien tidak otomatis membuat tim MENANG dan JUARA! Tetapi, tanpa operasi sepakbola mutakhir, mustahil akan berkembang menjadi KLUB KAYA, SEHAT dan BERPRESTASI LEVEL TINGGI!

@ganeshaputera

bottom of page