top of page
K! EVENT
Recent Posts

[Founder's Diary] Sepakbola itu Dari Mata turun ke Kaki! (Bagian-1)


Di sepakbola, pemain pertama harus melihat, lalu ambil keputusan, kemudian mengekseksuinya. Tak salah kalau sepakbola itu "Dari Mata Turun ke Kaki!"

Setiap kali perdebatan sepakbola antar beberapa orang terjadi, selalu muncul kalimat penengah yang berusaha menyejukkan. Tak lain dan tak bukan adalah kalimat, "di sepakbola tidak ada yang absolut, tergantung dari sisi mana kita melihatnya!"

Maaf buat saya, kalimat sok bijak ini tidak benar. Di sepakbola ada banyak hal-hal faktual objektif yang tidak dapat diperdebatkan alias absolut. Istilah kerennya "it is, what it is". Apa contohnya? Fakta bahwa sepakbola dimenangkan dengan mencetak gol lebih banyak daripada lawan adalah contohnya. Absolut dan tidak dapat diperdebatkan. Apabila ada yang tidak setuju dan ingin mendebatnya, Anda mungkin sedang tidak sehat.

Mekanisme Produksi Aksi

Fakta objektif lainnya adalah soal mekanisme produksi aksi di sepakbola. Siapapun pesepakbola di lapangan yang ingin memproduksi aksi sepakbola harus menjalani mekanisme produksi ini secara berurutan. Baik aksi saat tim menguasai bola (attacking), maupun saat lawan menguasai bola (defending). Berlaku untuk Lionel Messi di La Liga, maupun si Mamat di Liga Tarkam. Sama aja!

Pertama, pemain harus berkomunikasi dengan sekitarnya dengan cara melihat. Ya, harus melihat posisi kawan, posisi lawan, ruang dan situasi yang terjadi. Mekanisme awal ini menggunakan organ tubuh yang bernama mata.

Mekanisme kedua adalah berpikir dan mengambil keputusan. Setelah pemain berkomunikasi, semua informasi yang dilihat oleh mata masuk ke otak untuk diproses. Di sini pemain merespon informasi yang ditangkap oleh mata dengan proses analisa situasi di otak. Output dari proses ini adalah pengambilan keputusan apa aksi lanjutan yang akan dilakukan.

Mekanisme terakhir adalah eksekusi. Setelah otak memutuskan aksi lanjutan, maka akan dikirim perintah ke seluruh organ lain yang akan mengeksekusi aksi tersebut. Di sepakbola, organ tubuh yang dominan dalam mengeksekusi gerakan, salah satunya adalah kaki.

Mekanisme produksi aksi ini sangat simple, logis, runut dan sistematis. Sulit membayangkan kalau ada orang yang berani membantahnya. Adakah yang berani bilang pemain passsing itu mengeksekusi dulu, baru mikir dan lihat? Atau pemain berlari minta bola itu mengeksekusi dulu, baru lihat dan mikir? Gila...!!

Bumi itu Kotak!

Mekanisme produksi aksi di sepakbola itu kebenaran absolut yang tidak dapat diperdebatkan. Ibaratnya proses komunikasi-keputusan-eksekusi itu seperti bumi itu bulat. Lalu bagaimana perasaan Anda jika suatu hari, anak Anda diminta gurunya untuk mengamini bahwa bumi itu kotak? Marahkah Anda?

Jika mekanisme produksi aksi di sepakbola adalah komunikasi-keputusan-eksekusi, mengapa di dunia kepelatihan masih banyak yang memegang teguh bahwa anak-anak usia dini "hanya" perlu fokus pada pengembangan eksekusi tekniknya. Bahkan aspek komunikasi-keputusan yang berbasis pada taktik dan prinsip permainan dianggap belum perlu diajarkan. "Nanti tunggu tekniknya sudah bagus!"

Albert Puig, mantan koordinator di Akademi FC Barcelona pernah mendapat pertanyaan pada suatu seminar di Amerika. "Sejak usia berapakah, kita bisa berikan latihan rondo? Sedangkan di Amerika, pemain muda belum memiliki teknik yang baik!" Jawaban Puig tegas, "Di hari pertama, pemain berlatih sepakbola! Sebab rondo melatih aksi sepakbola, yang di dalamnya terdapat komunikasi-keputusan dan eksekusi teknik!" Jadi kalau Anda mengatakan pemain usia muda "hanya" perlu fokus pada teknik saja, Anda sedang melawan takdir. Kalau cinta itu dari mata turun ke hari, sepakbola itu dari mata, masuk ke otak, turun ke kaki. Itu absolut, seperti bumi itu bulat! Anda masih mau membantah? Mau bilang bumi itu kotak? Hak Anda! Tapi hak saya juga untuk mengatakan "turut berduka cita!" BERSAMBUNG

Ganesha Putera Founder KickOff! Indonesia

*Per Senin, 3 Agustus 2020, KickOff! sajikan rubrik baru bertajuk "Founder's Diary". Namanya juga diary, maka ya harus terbit setiap hari. Ya, ini semacam rangsangan berkomitmen untuk menulis setiap hari. Sebuah kebiasaan baik di masa lampau yang kini mulai pudar. Dukung usaha pelestarian kebiasaan baik ini dengan membacanya setiap hari! Selamat menikmati!

bottom of page