top of page
K! EVENT
Recent Posts

[Founder's Diary] Jangan Lupakan Latihan Mata untuk Sepakbola!


"Tanganmu takkan dapat meninju apa yang MATA-mu tidak lihat” – Muhammad Ali

Saya suka pada pernyataan Muhammad Ali di atas. Ia mengingatkan kembali pada kita insan sepakbola bahwa MATA adalah salah satu organ terpenting di olahraga. Apalagi olahraga yang melibatkan lawan. Tak bosan-bosan saya mengingatkan bahwa sepakbola itu dari MATA, masuk ke otak, lalu turun ke kaki (Baca artikel ini). Tentu, keberadaan MATA sangat krusial di sepakbola.

Apa jadinya pemain dengan teknik hebat seperti Lionel Messi bila matanya ditutup? Apakah ia masih yahud melewati lawan? Apakah ia tetap dapat melakukan shooting akurat? Mustahil! Pertanyaannya, kalau MATA itu organ penting di sepakbola, mengapa tidak ada latihan sepakbola untuk MATA? Saya belum pernah dengar penglihatan MATA itu masuk dalam coaching points di kursus-kursus kepelatihan AFC.

Demikian juga di kepelatihan fisik. Saya kok juga belum pernah dengar Pelatih Fisik membahas soal MATA. Setiap kali pelatih fisik bicara soal daya tahan, kecepatan atau kekuatan, pasti yang disasar kebanyakan jantung dan otot. Apa dosa Si MATA sebagai organ tubuh sehingga begitu tega pelatih fisik tak pernah membahas MATA, apalagi melatihnya?

Sekarang banyak pelatih ramai menolak metode holistik dan lebih percaya pada metode terisolasi. Katanya sih untuk mematangkan basic. Melatih teknik harus diawali dari dasar dengan metode terisolasi. Melatih fisik juga harus diawali dari dasar dengan metode terisolasi. Tapi mengapa para jamaah latihan terisolasi tak pernah menggaungkan latihan terisolasi untuk mata. Lagi-lagi, apa dosamu Si Mata?

Mata Sepakbola

Seperti pembaca ketahui, saya adalah jamaah latihan holistik. Ini bukan soal selera atau opini pribadi. Ini soal fakta sepakbola yang tidak bisa diperdebatkan. Sepakbola itu dari mata, masuk ke otak, turun ke kaki. Jadi latihan sepakbola itu harus melibatkan rangkaian ketiganya yang saling menyatu. It is what it is! Layaknya bumi itu bulat!

Tapi saya juga tidak anti dengan latihan terisolasi. Saya juga percaya manfaatnya, selama itu merupakan exception of the rules. Ya, pengecualian aturan bila situasi memang menuntut demikian. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi bila pelatih mau melakukan latihan terisolasi? Baca di sini!

Nah, soal mata, prinsipnya juga sama. Latihan terbaik untuk mata pesepakbola adalah latihan holistik, yakni latihan sepakbola. Dengan latihan yang berbasis permainan sepakbola, mata pemain selalu dirangsang untuk melihat. Pertanyaannya, bagaimana kalau latihan sepakbola holistik tersebut ini dianggap terlalu sulit untuk MATA?

Pada konteks eksekusi teknik, pelatih membuat latihan teknik terisolasi. Pada konteks kondisi fisik, pelatih membuat latihan fisik terisolasi. Pada konteks mata? Ya, tetap latihan sepakbola. Aneh juga ya, para jamaah latihan terisolasi ternyata lebih suka melatih MATA secara holistik dengan latihan sepakbola!

Di tulisan ini, saya seorang ingin berbagi dua pengalaman sepakbola level atas dalam mengaplikasikan latihan terisolasi untuk MATA. Ya, latihan terbaik untuk mata adalah latihan sepakbola. Tapi terkadang kita perlu memberikan latihan terisolasi apabila ada kekurangan spesifik pada mata.

Eye Gym

Dr. Sherylle Calder adalah mantan pemain hoki timnas Afrika Selatan. Pada masa jayanya dulu, ia sering dianggap memiliki mata di punggungnya. “Bagaimana kamu bisa melihatnya?” menjadi pertanyaan popular saat itu. Sadar memiliki kemampuan “melihat” lebih baik, Sherylle memutuskan untuk menelitinya lebih lanjut setelah berhenti bermain.

Sherylle lakukan riset mendalam, kemudian mampu membuat teori dan struktur pelatihan untuk “Visual Motor Performance”. Ia mendirikan lembaga pelatihan motoric visual bernama EyeGym. Di lembaga itu, dia bekerja membantu banyak atlet top dunia meraih sukses, seperti tim Rugby Afrika Selatan (juara dunia rugby), Timnas Afrika Selatan dan Ernie Els (juara dunia golf).

Kebugaran mata yang diajukan Sherylle bukanlah kesehatan penglihatan (eye sight), seperti uji mata yang sering kita lakukan di toko kacamata. Lebih jauh kebugaran mata terkait visi atlet dalam memandang situasi permainan. Tentu saja, kemampuan mata yang bisa melihat lebih banyak situasi dan lebih cepat akan menolong atlet untuk kemudian mengambil KEPUTUSAN dan EKSEKUSI dalam sepakbola.

Dalam risetnya, Sherlle menyatakan bahwa pemain lakukan lebih dari 1 juta gerakan mata ulang-alik (shuttle eye movement) dalam satu pertandingan. Dari jutaan gerakan mata tersebut, hampir 80 persen informasi hasil pandangan tersebut digunakan pesepakbola untuk ambil KEPUTUSAN dan EKSEKUSI. Persoalannya makin tinggi level sepakbola, makin sempit pula ruang dan waktu yang dimiliki pemain. Untuk itu, mata tentunya selain dituntut untuk melihat lebih baik, tetapi juga harus lebih cepat.

Hal pertama yang harus dilakukan dalam aplikasi latihan motoric visual ini adalah menganalisis pemain dalam permainan sepakbola. Dalam hasil analisis tersebut akan ditemukan berbagai masalah terkait berbagai KEPUTUSAN dan EKSEKUSI AKSI SEPAKBOLA. Lalu perlu diteliti manakah masalah yang berhubungan dengan kemampuan motoric visual tersebut?

Misal dalam banyak situasi, seorang gelandang gagal MELIHAT adanya peluang untuk passing ke depan, sehingga selalu passing ke samping atau belakang. Pertanyaannya kenapa gelandang tersebut tidak melihatnya? Ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah pemain tidak memiliki referensi wawasan dalam MELIHAT. Gelandang tidak melihat karena tak punya wawasan soal prioritas passing. Artinya ia butuh peningkatan wawasan taktik untuk bisa MELIHAT dengan LEBIH BAIK.

Kemungkinan kedua, pemain mengerti konsep prioritas passing. Ia juga mampu melihat pada saat pelatih menyetop permainan. Tetapi saat permainan berjalan dengan pressure tinggi lawan, gelandang tak punya banyak ruang. Minimnya ruang, membuat ia tidak punya banyak waktu. Sehingga ia tidak mampu melihat posisi teman penerima passing di depan dalam waktu singkat. Artinya ia butuh peningkatan untuk bisa MELIHAT LEBIH CEPAT.

Bagaimana melatihnya? Sheyrlle menciptakan Latihan basic motoric visual untuk melatih agar MATA terbiasa cepat dan tepat melihat situasi. Dalam hal ini diantaranya adalah latihan gunakan komputer untuk mengidentifikasi pantulan bola berwarna berbeda, di tengah-tengah gerakan banyak bola dengan warna lain.

Menarik, karena Sheyrlle menempatkan MATA selayaknya jantung dan otot. Prinsip latihan OVERLOAD yaitu memberi beban berlebih secara sistematis harus diberikan pada mata. Ia juga menekankan pentingnya membuat periodisasi latihan agar kebugaran MATA selalu fit dalam pertandingan.

Mata Kuat - Mata Lemah

Paul Dorochenko, adalah pelatih tenis kenamaan yang membesut Roger Federer. Ia adalah seorang fisioterapis dan osteopath yang juga merupakan pakar neuroscience. Karyanya di tenis dunia adalah membantu para atlet seperti Federer atau Carlos Moya untuk melihat lebih baik yang berujung pada performa optimal.

Tiga tahun lalu, saya sempat belajar di Akademi Colo-Colo, Chile. Di sanalah saya pertama kali mengenal Metode Paul Dorochenko soal optimalisasi kerja mata. Saya baru tahu bahwa MATA itu juga seperti kaki. Ada kaki kuat, ada kaki lemah. Di Akademi Colo-Colo ada berbagai tes untuk mengidentifikasi mata kuat dan mata lemah pemain.

Salah satu tes sederhana yang dibagikan kolega saya di Colo-Colo adalah seorang pemain diminta menatap sinar lampu melalui lobang kecil di sebuah kertas. Kedua mata pemain harus fokus melihat ke sinar. Lalu mata kiri pemain akan ditutup, kemudian mata kanan. Katakanlah misal, mata kanan pemain ditutup, lalu mata kiri tak dapat melihat sinar lampu. Itu berarti mata kuat pemain adalah mata kanannya. Sedangkan mata lemah pemain adalah mata kirinya.

Terus apa manfaatnya tes itu? Segitu pentingnya kah kita tahu mata kuat dan mata lemah pemain? Jelas dong! Kan sepakbola itu berawal dari MATA. Contohnya begini, Si Mamat adalah seorang sayap kiri. Ternyata hasil tes mengatakan bahwa mata kanannya lemah. Tentu Si Mamat bakal kesulitan saat bermain, karena sayap kiri dituntut untuk banyak melihat sisi sebelah kanan.

Dari hasil tes, ada dua alternatif yang bisa dilakukan staf pelatih Akademi Colo-Colo. Pertama, bisa saja pemain yang mata kirinya kuat tersebut dipindahkan posisi bermainnya ke sebelah kanan. Alternatif lain yang lebih membina adalah meningkatkan kualitas kinerja mata lemah pemain.

Di situlah Metode Paul Dorochenko membantu pemain meningkatkan kemampuan MATA dengan latihan terisolasi khusus. Bentuknya bisa bemacam-macam. Salah satunya yang sederhana adalah latihan lempar tangkap dua buah bola tenis dengan tujuan untuk melatih fokus mata kiri dan kanan. Contohnya bisa dilihat pada video di atas.

Jadi, saudara-saudaraku pembaca yang budiman, di akhir tulisan ini kembali saya menekankan pentingnya pesepakbola muda untuk menghabiskan sebagian besar waktu latihannya secara holistik berbasis permainan sepakbola. Supaya lebih afdol lagi, penting untuk DILENGKAPI dengan latihan terisolasi sebagai PENDUKUNG. Tapi jangan cuma latihan terisolasi untuk fisik atau teknik saja. Kasih juga dong latihan terisolasi untuk MATA! SEKIAN

Ganesha Putera

Founder KickOff! Indonesia

*Per Senin, 3 Agustus 2