top of page
K! EVENT
Recent Posts

Menempatkan Psikologi dari Sepakbola untuk Sepakbola

Mendengar kata psikologi, maka yang terlintas di pikiran saya adalah masalah motivasi, kepercayaan diri atau stress. Paul van Zwam, Psikolog Feyenoord Academy mencuci otak saya, menyajikan konsep psikologi dengan sepakbola sebagai titik awal. Ya, Psikologi Sepakbola!!

Keunggulan seluruh program Feyenoord Academy adalah adanya atensi tinggi pada perkembangan psikologis pemain. Feyenoord Academy berpendapat bahwa “development as a person is as important as development as a player”. Untuk itu, mereka selalu berkomitmen memberikan sentuhan pembinaan kelas satu dari berbagai aspek. Termasuk salah satunya dalam ranah psikologi.

Demi terciptanya kualitas pengembangan psikologi di dalam Feyenoord Academy, maka digunakanlah jasa Paul van Zwam sebagai konsultan psikologi klub. Ia bekerja baik untuk akademi, maupun tim utama. Paul van Zwam sendiri merupakan psikolog yang telah lama bekerja di bidang sepakbola. Tercatat pelatih-pelatih papan atas Belanda seperti Leon Vlemmings, Gertjan Veerbek, Foppe de Haan, dll pernah menggunakan kecerdasannya. Van Zwam juga bekerja sebagai konsultan untuk KNVB dan Chelsea. Di Belanda, ia sering disebut Football Physchologist.

Pelatih = Psikolog

Di Feyenoord, van Zwam memiliki empat tugas utama. Pertama, mendidik pemain akademi. Pendidikan yang Van Zwam berikan pada pemain akademi adalah untuk mewujudkan impian bermain di Feyenoord 1st Team dengan cara bertanggung jawab sepenuhnya pada kariernya. Elemen pendidikan psikologis yang paling penting adalah membuat pemain bisa menjalankan fungsi sepakbola di dalam tim untuk dapat bermain 11 vs 11 yang baik. Dimana pemain bisa memahami latihan dan menerjemahkan korelasi latihan dengan permainan 11 vs 11. Terakhir, Van Zwam juga mendidik pemain agar dapat selalu mengkontrol diri dalam pertandingan.

Tugas kedua adalah mendidik pelatih akademi. Peran pelatih adalah yang paling sentral dalam ranah pekerjaan psikologi. Dapat dikatakan pelatih adalah psikolog itu sendiri. Tantangan Van Zwam yang utama adalah mengkorelasikan ilmu psikologi dengan kebutuhan pelatih sepakbola. Pada dasarnya pelatih sepakbola menyenangi teori psikologi, tetapi selalu kesulitan menerjemahkannya pada tingkat praktis. “Padahal pelatih adalah pelaku, mereka tidak senang teori saja, tetapi senang dengan teori yang dapat dikerjakan,” seru Van Zwam. Berangkat dari pemikiran itu, pelatih harus diperkaya dengan berbagai instrumen psikologi praktis agar dapat menjadi psikolog yang baik.

Mengingat Paul van Zwam amat dikenal sebagai psikolog sepakbola, ia sangat peduli dengan persoalan sepakbola. Dalam kaitannya untuk mendidik pelatih, Van Zwam memberikan atensi dan keterlibatan besar pada bentuk latihan sepakbola. Ia sangat detail dalam membantu pelatih mengembangkan bentuk latihan sepakbola yang mampu mengasah persepsi dan keputusan pemain. Setiap saat, pelatih sering meminta advis dan berdiskusi dengannya tentang manfaat suatu drill sepakbola terhadap kemampuan pemain dalam 11 vs 11.

Tugas lain Paul Van Zwam adalah membantu pemain Feyenoord 1st Team. Keberadaannya di 1st Team agak berbeda. Ia melakukan mental training pada beberapa pemain muda jebolan akademi agar dapat beradaptasi mulus di tim utama. Di luar pemain muda, ia lebih menempatkan diri sebagai teman untuk pemain lainnya. Biasanya pemain pro ketika memiliki problem cenderung lebih suka berbicara dengan orang yang tidak ada hubungan kekuasaan. Mereka biasa kurang nyaman berbicara dengan pelatih, karena hubungan profesionalnya.

Sepakbola Sebagai Awalan

Fokus terbesar Van Zwam menjalankan tugasnya sebagai psikolog sepakbola di Feyenoord Academy tentunya adalah menyelesaikan problem psikologi di dalam sepakbola itu sendiri. Tak heran dalam presentasi lugasnya, sangat jarang ia menyebut istilah-istilah psikologi seperti stress, confident, motivation atau anxiety. Ia justru lebih banyak bicara soal posisi, support, space, pressing dan berbagai istilah sepakbola lainnya.

Ia membuka presentasi dengan gambar lapangan sepakbola yang di dalamnya terdapat situasi permainan dalam situasi 11 vs 11. Di situ digambarkan pemain No. 6 sedang menguasai bola dan Van Zwam bertanya pada seluruh peserta, kemana prioritas passing harus diberikan. Tentu saja sesuai prinsip, pemain No.6 harus mengoper ke pemain terjauh, yaitu No. 9. Ia lalu mengupas apa yang harus dilakukan pemain No. 7 dan No. 10 saat bola belum dioper dan setelah dioper ke 9. Peserta kembali menanggapinya sesuai prinsip permainan dan dibenarkan Van Zwam lewat animasi bergerak.

Van Zwam menyebut bawa setiap pemain memiliki posisi bermain spesifik (POSITION) dalam permainan 11 vs 11. Dalam posisi tersebut ia memiliki tugas (TASK) tersendiri. Keberadaan tugas itu tidak boleh lepas dari fungsi tim (TEAM FUNCTION). Dimana fungsi tim terdiri dalam 3 momen, yaitu bertahan (DEFENDING), menyerang (ATTACKING) dan transisi (TRANSITION). Jadi setiap pemain harus tahu apa yang harus dilakukan di posisinya pada saat tim sedang bertahan, menyerang maupun transisi.

Semua itu harus terjadi KESEPAKATAN (AGREEMENT) antara pelatih dan seluruh pemain. Van Zwam mencontohkan Louis Van Gaal, Guud Hiddink atau Ronald Koeman dikatakan pelatih hebat karena mereka mampu membawa seluruh tim ke dalam suatu KESEPAKATAN. Jika ada pemain yang karena suatu hal melanggar KESEPAKATAN tersebut, maka inilah yang disebutnya sebagai PROBLEM PSIKOLOGI!

Paparan Van Zwam dilanjutkan dengan gambar 11vs11. Setelah terjadi KESEPAKATAN, pemain No. 6 ingin mengoper bola ke striker No. 9. Di gambar baru terlihat lawan melakukan marking ketat pada No.9. Ia lalu menjelaskan bahwa di sepakbola penting semua pemain mengikuti KESEPAKATAN. Tetapi, di sepakbola terdapat variabel eksternal yaitu LAWAN (OPPONENT). Dengan keberadaan LAWAN, pemain tidak bisa mengikuti KESEPAKATAN. Melainkan pemain harus mengambil KEPUTUSAN MANDIRI (OWN DECISION). Van Zwam menyebut ketidakmampuan pemain melakukan OWN DECISION adalah PROBLEM PSIKOLOGI berikutnya.

Psikologi Harus Bantu Selesaikan Masalah di Lapangan Hijau

Empat Model Melatih

Paul van Zwam menyimpulkan problem psikologi terbesar di dalam sepakbola adalah ketidak mampuan pemain mengikuti KESEPAKATAN dan mengambil KEPUTUSAN MANDIRI. Solusinya tidak lain adalah pelatih sebagai seorang psikolog harus meningkatkan kemampuan PERSEPSI pemain. Supaya pemain mampu mengikuti KESEPAKATAN dan mengambil KEPUTUSAN MANDIRI.

Van Zwam kemudian menyarankan pelatih sebagai psikolog menggunakan empat model melatih. INSTRUCTING merupakan model pertama. Ini dilakukan pelatih dalam pelaksanaan drill atau set pieces. Dimana pemain harus mengikuti instruksi rigid seperti tentara. Model berikutnya adalah EXPLAINING. Untuk meningkatkan persepsi pemain agar dapat mengikuti KESEPAKATAN, pemain membutuhkan penjelasan kenapa sebuah latihan atau pola pergerakan dilakukan.

DISCUSSING menjadi model berikutnya. Di sini pelatih mulai meningkatkan persepsi pemain di

samping mengikuti KESEPAKATAN, juga mengambil KEPUTUSAN MANDIRI. Misal dalam suatu latihan transisi positif, pelatih menyetop segera setelah tim yang dilatih merebut bola. Lalu pelatih menanyakan kemungkinan opsi terbaik yang bisa diambil. Model terakhir yang tercanggih adalah DELEGATING. Di sini pelatih tidak lagi terlibat, tetapi menyerahkan sepenuhnya pada pemain. Persepsi pemain dirangsang untuk kapan harus mengikuti KESEPAKATAN dan kapan harus ambil KEPUTUSAN MANDIRI. Model ini biasa dilakukan dalam free game tanpa interupsi pelatih.

GP - Rotterdam, April 2013

bottom of page