Untuk menempatkan psikologi dalam konteks sepakbola, WFA mengedepankan apa yang disebut dengan "Football Braining". Tak ingin membuat pembaca bosan, penulis kembali menekankan bahwa sepakbola adalah permainan yang terdiri dari bertahan, menyerang, dan transisi. Di tiap momen tersebut terdapat banyak AKSI SEPAKBOLA. Setiap AKSI SEPAKBOLA bersumber dari EKSEKUSI hasil dari KEPUTUSAN.
Pengembangan sepakbola yang diinginkan adalah:
Aksi yang lebih baik.
Aksi yang lebih sering.
Memelihara aksi baik selama 90 menit.
Memelihara aksi sering selama 90 menit.
Dalam hal ini psikologi membantu pemain untuk mengambil KEPUTUSAN SEPAKBOLA lebih baik, sehingga tercipta AKSI SEPAKBOLA yang lebih baik pula. Pengambilan keputusan ini terjadi melalui proses pemikiran di otak. Dalam konteks sepakbola tentunya berarti:
Kemampuan berpikir sepakbola lebih baik.
Kemampuan berpikir sepakbola lebih sering.
Memelihara kemampuan berpikir sepakbola baik selama 90 menit.
Memelihara kemampuan berpikir sepakbola sering selama 90 menit.
Sama seperti jantung dan otot, kerja otak dalam berpikir sepakbola juga harus dilatih. Latihan otak yang spesifik dalam sepakbola dinamakan "Football Brain Training" ("Football Braining"). Sedangkan latihan otak dasar non-sepakbola dinamakan "Basic Brain Training" ("Basic Braining").
Visualisasi Sepakbola
Afke van der Wouw adalah seorang psikolog olahraga yang menjadi salah satu peneliti Football Braining di WFA. Kiprahnya sebagai psikolog olahraga telah berlangsung lebih dari satu dasawarsa. Ia merupakan psikolog untuk atlet olimpiade Belanda di London 2012. Ia juga merupakan psikolog dari FC Utrecht, klub Eredivisie.
Di WEM 2014, Afke membagikan pengalamannya soal "Visualisasi Sepakbola" sebagai bentuk latihan dari Football Braining. Visualisasi merupakan proses untuk menciptakan gambaran di otak tentang apa yang pemain inginkan untuk terjadi dan rasakan. Metode ini dapat digunakan pemain untuk merancang apa yang diinginkan dari suatu latihan atau pertandingan. Meskipun otot tidak bekerja dalam visualisasi, kerja otak saat visualisasi dan situasi pertandingan tetaplah sama.
Cara kerja visualisasi sederhana dilakukan dengan menyiapkan pemain untuk menghadapi skenario "bagaimana jika". Otak dirangsang untuk bekerja membayangkan suatu momen sepakbola dan respon pemain di dalam momen tersebut. Dengan melatih otak membayangkan berbagai momen sepakbola dan aksi yang dibuat pada momen tersebut, di pertandingan pemain mampu mengenali momen sepakbola lebih cepat dan lebih baik. Tentu saja pengenalan momen ini mempercepat KEPUTUSAN AKSI SEPAKBOLA, karena pemain telah selalu membayangkannya.
“Di dalam bus, saya memasang musik, memejamkan mata, dan membayangkan apa yang saya akan lakukan dalam pertandingan” – Clint Dempsey.
“Saya selalu membayangkan pertandingan sehari sebelumnya jelang tidur malam. Saya bertanya padakitman, warna seragam yang tim, dan lawan kenakan. Saya bayangkan ke mana saya bergerak saat pemain sayap mengirimkan umpan silang. Semua sangat menolong untuk melatih otak lebih tajam keesokkan harinya,” – Wayne Rooney.
“Pelatih menasihati saya untuk membayangkan pergerakan dalam situasi tertentu. Saya membayangkan bergerak ke tiang jauh saat sayap lakukan umpan silang. Saya bayangkan mencetak gol dengan pergerakan tersebut. Keesokannya, saya membuat gol di lokasi yang sama seperti yang dibayangkan. Itu seperti deja vu” – Dries Mertens.
Berbagai pernyataan pemain top dunia di atas tentang Visualisasi Sepakbola memberi gambaran penting soal visualisasi. Pemain menjadi berpikir lebih sedikit, juga lebih otomatis dalam melakukan eksekusi saat pertandingan. Otak pemain bereaksi lebih cepat karena telah dilatih berada di situasi yang sama dalam visualisasi.
Persiapkan Konteks
Untuk membiasakan pemain melakukan Visualisasi Sepakbola, pelatih harus mengajarkan metode ini dengan suatu persiapan wawasan dan lingkungan yang tepat. Perlu diketahui pelatih harus mencoba Visualisasi Sepakbola dalam konteks pelatih terlebih dahulu melakukan hal yang sama sebelum memandu pemainnya. Dalam melakukan Visualisasi Sepakbola, pastikan semua bayangan adalah realistis. Termasuk dalam hal kecepatan aksi dalam permainan sepakbola. Tidak disarankan melakukan visualisasi sepakbola dengan bayangan aksi sepakbola slow motion.
Pertimbangan krusial lainnya adalah wawasan taktikal sepakbola pemain haruslah memadai. Jangan sampai dalam visualisasi, pemain membayangkan aksi passing yang salah dalam suatu momen permainan. Tentu visualisasi sepakbola ini akan melatih otak mengalami otomotiasi dengan melakukan aksi passing salah yang sama di pertandingan.
Pelatih bisa membuat sesi Visualisasi Sepakbola dalam kelompok tempat semua pemain belajar bersama melakukannya. Di sini pelatih bisa mengenalkan terlebih dahulu Basic Braining berupa latihan pernapasan misalnya. Tahapan ini penting sebelum ke Visualisasi, karena dengan latihan pernapasan pemain belajar berpikir fokus pada ritme pernapasannya. Sehingga tidak berpikir tentang hal lain yang bisa mengganggu visualisasi.
Pelatih tentu secara bertahap bisa menambah tingkat kesulitan Visualisasi Sepakbola misal dengan menambah durasi latihan. Atau berlatih memvisualisasikan taktik spesifik tertentu. Tentu setelah pemain cukup mahir menguasainya. Pelatih juga harus mendorong pemain untuk selalu melakukannya sendiri.
@ganeshaputera
Tulisan asli dimuat di www.goal.com