top of page
K! EVENT
Recent Posts

Lebih Serius "Bermain-main" dengan 4v2


1.png

Salah satu jenis latihan paling popular di sepakbola Indonesia adalah 4v2. Latihan yang menempatkan 4 pemain kuasai bola melawan 2 pemain perebut bola. Boleh dibilang latihan ini jadi menu yang digemari pelatih di segala kalangan. Mulai pelatih untuk pemain anak-anak, remaja hingga ke senior sekalipun. Mereka melakukannya untuk pembuka pemanasan, penutup pemanasan, bahkan menu utama sekalipun.

Menariknya latihan 4v2 semacam ini bukan hanya popular di Indonesia, tetapi juga di negara sepakbola maju. Banyak kolega penulis yang belajar sepakbola di Eropa, sepulangnya dari Eropa katakan, “latihannya banyak 4vs2 terus”. Rekan lain bahkan bernada sinis katakan, “jauh-jauh ke Eropa, ternyata latihannya sama: 4v2.” Dalam benak penulis: “Jika latihannya sama, mengapa hasilnya berbeda?”

Penulis lalu ikuti sebuah konferensi di Australia lima tahun silam. Ketika itu, Han Berger selaku Direktur Teknik Australia membawakan materi 4v2. Penulis pun menjadi kurang antusias. Antusiasme ini berubah 180 derajat saat melihat Han Berger membawa sesi 4v2 dengan detail poin latihan yang tidak pernah terbayang sebelumnya. Wow, latihan sederhana bernama 4v2 ini ternyata sangatlah POWERFUL!

Pengkerdilan Filosofi

Perbedaan terbesar pada pelaksanaan 4v2 di negara sepakbola maju adalah Filosofi. Ya, filosofi sepakbola yang berangkat dari permainan 11v11. Dimana di dalamnya terdapat momen menyerang, bertahan dan transisi. Permainan 11v11 inilah yang mendasari latihan 4v2. Artinya semua elemen yang terkandung dalam latihan 4v2 berasal dari permainan 11v11.

Gambar pembuka di atas adalah contoh penting mengapa latihan 4v2 sangatlah powerful untuk peningkatan kemampuan pemain 11v11. Ternyata 4v2 adalah situasi yang jamak ditemukan dalam permainan 11v11. Bisa dibayangkan betapa hebatnya pemain dalam permainan 11v11, bila ia menguasai berbagai prinsip yang didapatkan dari situasi latihan 4v2.

Persoalan yang sering terjadi adalah pelatih memutuskan hubungan antara 4v2 dengan 11v11 itu sendiri. Pemain dibuat jago dalam 4v2 untuk kepentingan jago 4v2 .Bukan pemain dibuat jago dalam 4v2 untuk kepentingan jago dalam 11v11. Tak heran, banyak latihan 4v2 hanya menuntut penguasaan bola.“Jangan hilang bola,” itu katanya.

Di diktat-diktat kursus kepelatihan lokal, latihan 4v2 juga sekedar digunakan sebagai bentuk latihan untuk tingkatkan passing, support atau control. Hal ini tidak salah, tetapi terjadi pengkerdilan konsep latihan yang kronis. Dimana situasi 4v2 adalah situasi menyerang bagi 4 pemain dengan bola dan situasi bertahan bagi 2 pemain lawannya. Nah, tujuan menyerang bukan untuk lakukan passing, support dan control dengan benar. Semua itu adalah alat dalam menyerang, bukan tujuan.

Pengkerdilan konsep 4v2 sering diaplikasikan dengan aturan batasan sentuhan. Pelatih mengharuskan pemain lakukan 2 sentuhan untuk melatih kemampuan control pemain. Atau pelatih membatasi 1 sentuhan dengan tujuan pemain cepat memberikan support. Hal ini tentu keluar dari filosofi permainan sepakbola yang situasional. Lagi-lagi, 1 sentuhan langsung passing atau 2 sentuhan control lalu passing adalah alat bukan tujuan.

2.png

Pada gambar di atas terlihat pemain No.9 mendapatkan bola dari No.10 dengan ancaman pressing 2 lawan yang menghampiri. Sesuai aturan pelatih, No.9 segera lakukan 1 sentuh passing ke pemain No.6. Saat pemain No.6 akan menerima bola, ia melihat kedua lawan terlambat kembali setelah lakukan pressing, sehingga dekat dengan No.8,9,10.

Dalam benaknya, ia yakin keputusan terbaik adalah mengkontrol bola lebih dahulu untuk memecah compactness dua lawan. Sayang, ia tak boleh lakukan itu, terpaksa dilakukanlah passing 1 sentuh ke No.8,9,10. Jadilah kedua lawan mudah untuk lakukan press. Jika situasi ini terbawa ke game 11v11 tentu hal ini menjadi masalah besar!

Tentunya sesuai filosofi permainan sepakbola, pelatih ingin pemain yang mampu lihat situasi dan ambil keputusan cepat dan tepat. Nah, dalam latihan yang dibatasi sentuhan, pelatih tidak mengajarkan pemain ambil keputusan mandiri. Keputusan berapa sentuhan telah ditentukan pelatih. Ini membuat latihan 4v2 telah keluar dari filosofi permainan 11v11 itu sendiri.

Lakukan dengan Benar

Untuk mendapatkan efek latihan 4v2 menjadi lebih powerful seperti di negara sepakbola maju, dibutuhkan organisasi sistematis. Sekali lagi ditekankan bahwa latihan 4v2 tidak boleh keluar dari konteks permainan 11v11. Selalu cek dan pikirkan ulang, apakah yang dilakukan di 4v2 juga terkandung dalam permainan 11v11.

Pertama, pelatih perlu menentukan bentuk dan ukuran grid. Bentuk yang disarankan adalah persegi panjang bukan bujur sangkar. Mengapa? Ya, karena lapangan sepakbola berbentuk persegi panjang. Lalu dalam penyerangan, juga terdapat prinsip kelebaran dan kedalaman. Ukuran grid menyesuaikan kemampuan pemain dan kebutuhan latihan. Prinsipnya makin kecil grid, makin tinggi tingkat kesulitannya.

Kedua, penempatan posisi pemain. Dari gambar pembuka, tampak bentuk “diamond” di segala penjuru lapangan. Ada baiknya penempatkan posisi pemain 4v2 mengikuti situasi pada permainan 11v11. Artinya bentuk diamond harus selalu tercipta. Pemain di kedalaman seperti kiper misalnya wajib ditempatkan di kedalaman juga. Sedang fullback misalnya, wajib ditempatkan di pinggir. Di bawah beberapa konfigurasi contoh penempatan pemain.

6.png

5.png

Keterlibatan kiper dalam latihan passing dan posisi seperti 4v2 bersama tim sangatlah penting. Sepakbola modern menuntut kiper bukan hanya jago dalam bertahan (tangkap, tepis, blok), tapi juga jago menyerang (build up, switch play). Untuk itu harus ada integrasi kiper dalam latihan tim.

Ketiga, semua momen sepakbola: menyerang, bertahan, transisi harus tersaji dalam latihan 4v2. Untuk tujuan tertentu, latihan 4v2 dengan sistim tukar rompi tidaklah buruk. Hanya saja berarti tidak ada momen transisi dalam model tersebut. Latihan 4v2 dengan transisi akan lebih tingkatkan kemampuan pemain. Seperti gambar di bawah, segera setelah 2 pemain bertahan merebut bola, mereka harus injak ke salah satu garis. Sedangkan, keempat pemain yang hilang bola langsung lakukan pressing untuk kembali rebut bola.

1.png

2.png

Terakhir adalah durasi 4v2. Panjang pendeknya durasi amat bergantung pada tujuan latihan. Tentunya harus diperhatikan seberapa intensif pelaksanaan 4v2. Latihan 4v2 dengan tukar rompi tentu tidak terlalu intensif dan bisa berdurasi lebih panjang. Sedangkan latihan 4v2 dengan transisi amat intensif. Bermain dengan beberapa repetisi blok durasi pendek 30 detik hingga 1 menit lebih efektif.

Prioritas dalam 4v2

Tak bosan ditekankan bahwa pelaksanaan 4v2 tak boleh keluar dari permainan 11v11. Saat bermain 4v2, hal terpenting bukanlah penguasaan bola. Melainkan seberapa sering pemain dapat melakukan progresi ke depan layaknya mereka sedang menyerang dalam 11v11. Prioritas!

Pada gambar di bawah terlihat bahwa pemain dapat mengalirkan bola ke depan dengan berbagai cara. Pertama, through pass membelah kedua lawan. Kedua passing ke pemain kiri dan kanan agar mereka bisa passing ke depan. Untuk mendapatkan kedua momen ini, tentu saja pemain tanpa bola harus melakukan pergerakan.

7.png

Saat bola di kedalaman, langkah pertama adalah pemain di sisi kiri dan kanan haruslah melakukan gerakan checking untuk meminta bola. Kemungkinan pertama kedua lawan terpancing untuk lakukan press. Ini adalah momen yang paling ditunggu, karena kemudian pemain di kedalaman bisa lakukan through pass ke depan.

8.png

9.png

Kemungkinan berikut adalah kedua lawan memilih untuk compact di tengah dan membuat pemain di kiri kanan bebas. Ini juga momen yang disukai tim menyerang. Pemain di kedalaman dapat passing ke kiri atau kanan. Lalu pemain itu dapat dengan mudah passing ke depan.

10.png

Tentu saja situasinya tak semudah itu, kemungkinan yang sering terjadi adalah kedua lawan memilih compact di tengah pada awalnya. Baru melakukan pressing saat bola dikirimkan ke pinggir. Pressing disiplin ini menghalangi pemain di pinggir bisa passing ke depan. Pada situasi seperti ini, pemain di pinggir harus melakukan backpass.

Saat akan menerima backpass, pemain di kedalaman harus melihat situasi dua lawan. Situasi lawan terpecah sehingga tercipta lubang memungkinkan untuk through pass ke depan. Bila lawan bergerak kolektif ke kiri dan kanan secara compact, maka pemain di kedalaman harus passing ke arah yang berlainan dan berharap pemain di situ dapat lakukan passing ke depan.

11.png

12.png

Tak menutup kemungkinan proses progresi bola ke depan tidak terjadi dalam dua atau tiga kali percobaan. Disini ketiga pemain (1 di kedalaman dan 2 di pinggir) harus bersabar dengan terus alirkan bola untuk menggerakkan lawan. Dua lawan yang terus bergerak menutup jalur pass ke depan sampai satu titik akan kelelahan. Disitulah pada suatu titik tercipta lubang untuk peluang passing ke depan.

“Tujuan penguasaan bola bukan untuk menggerakkan bola, tetapi untuk menggerakkan lawan.” – Pep

Kembali ke 11v11

Setelah melakukan latihan 4v2 dengan benar, tentunya melalui berbagai progresi latihan, pelatih berharap latihan 4v2 punya efek positif pada permainan 11v11. Efek positif dalam penyerangan untuk progresi bola ke depan. Juga efek positif dalam transisi negative dengan kebiasaan untuk terlebih dahulu lakukan pressing seketika setelah hilang bola.

Jika pada tulisan pembuka, ditemukan fenomena bahwa latihan 4v2 keluar dari konteks 11v11. Hal sama juga bisa terjadi sebaliknya. Sering terjadi, tanpa penyampaian pesan filosofis yang tegas, pemain bermain 11v11 tidak dengan prinsip yang telah dipelajari dalam latihan 4v2. Gambar di bawah menunjukkan contoh sederhana bagaimana bentuk diamond yang telah tercipta otomatis dalam formasi 1-4-3-3, justru dirusak dengan gerakan jemput bola.

13.png

14.png

Padahal dengan No.6 bergerak meminta bola ke No.3, ia membawa lawan. Tanpa disadari, lawan tersebut dapat menjaga No.6 dan No.3 sekaligus. Jangan lupa, tanpa harus dipress No. 8 juga sudah tidak dapat dipassing. Akhirnya tujuan dari menyerang dengan passing ke depan sulit tercapai. Anehnya, potongan situasi tersebut adalah situasi 4v2 yang telah dilatih sebelumnya. Saat bermain 4v2, pemain No.6 tak pernah menghampiri No.3.

Jika ini terjadi, maka dipastikan ada komunikasi filosofis yang tidak diterima dengan tegas saat lakukan latihan 4v2. Ini adalah contoh pemain yang tidak dikomunikasikan gambar besar (11v11) saat melakukan latihan 4v2. Ia melakukan latihan 4v2 hanya untuk menjadi jago dalam 4v2. Ia tidak sadar bahwa 4v2 adalah bagian dari 11v11.

Seluruh pengalaman di atas menjadi inspirasi bagi kita semua. Kita belajar tentang betapa pentingnya untuk selalu memegang teguh motto: “berlatih seperti bermain dan bermain seperti berlatih.” Ayo lakukan latihan 4v2 yang berbasis pada permainan 11v11. Lebih Serius “Bermain-main” dengan 4v2!

@ganeshaputera

bottom of page