top of page
K! EVENT
Recent Posts

Menyerang Lewat Pinggir ala Sampaoli


Dengar punya dengar, ada satu klub medioker La Liga yang telah memenangkan Europa League 3 tahun belakangan. Cerita punya cerita, klub berbaju putih itu sekarang dilatih oleh Jorge Sampaoli. Pelatih yang membawa Chile jadi kampiun Copa America Chile 2015. Simak punya simak, ternyata Sevilla baru saja mematahkan rekor away tak terkalahkan Atletico Madrid dengan skor 1-0. Kini, Sevilla pun menduduki runner up di klasemen sementara La Liga.

Fakta di atas membuat penulis penasaran dan pengen nonton game Sevilla vs Atletico. Setelah mengunduh video full matchnya, penulis pun bisa menikmati game ini. Menonton game ini sungguh sulit. Pertama, skuad Sevilla terdengar amat asing di telinga. Pemain top yang mungkin cukup dikenal hanya Samir Nasri. Sisanya pemain medioker tak popular. Kedua, permainan Sevilla sangat cair. Sungguh perpaduan cocktail yang buruk.

Setelah menonton rekaman video tersebut dua kali, rasa penasaran penulis sedikit terobati. Walaupun rasa penasaran tersebut kini berubah menjadi kekaguman. Perjalanan menuju cerdas, selalu diawali dari kesadaran bahwa masih bodoh. Ya, nonton Sevilla membuat kita serasa jadi bodoh. Ternyata ada ya sepakbola gaya seperti itu di muka bumi ini!

Cair dan Dinamis

Saat awal pertandingan, struktur formasi Sevilla sangat clear. Sampaoli mainkan 1343 (13421). Rico mengawal gawang menopang trio bek Adil Rami, Pareja dan Mercado. Kuartet gelandang diisi Escudero, Nasri, Nzonzi dan Filho. Vitolo dan Vasquez menopang Viento sebagai striker tunggal.

Atleti seperti biasa turun dengan formasi andalannya 1442. Oblak berdiri di bawah mistar mendukung kuartet Juanfran, Godin, Savic dan Luis. Lini tengah diperankan oleh kuartet Carasco, Gabri, Koke, Correa. Duet unjung tombak dimainkan oleh Griezmann dan Ganeiro.

Secara natural terjadi situasi 3v2 untuk Sevilla di bawah. Kemudian 4v4 di lini tengah. Serta situasi 4v3 bagi Atleti di lini belakangnya. Situasi natural ini memunculkan beberapa isu penting yang diantisipasi penulis. Pertama bagaimana kedua tim mengganggu lawan membangun serangan (build up). Mengingat kedua tim kalah jumlah untuk bisa mempressing build up lawan.

Isu berikutnya adalah pertempuran di lini tengah. Faktanya kuartet lini tengah Atleti besutan Simeone selalu bermain narrow. Dimana keempat gelandang mengecil dan terkonsentrasi di tengah. Preferensi penjagaan yang berorientasi pada area tengah membuat skuad Sampaoli akan mengalami kalah jumlah (2v4) di gelandang. Meski demikian, Sevilla memiliki strong point di sector sayap. Keberadaan Escudero dan Filho akan memaksa Correa dan Carasco merenggang secara horizontal. Menarik!

Keluar dari High Pressing

Kedua tim memainkan high pressing di menit awal. Kondisi 2v3 disiasati Atleti dengan mendorong salah satu sayap mereka melakukan penjagaan man to man. Jika Rico memulai serangan berat dari sebelah kiri, maka Ganeiro akan berorientasi pada Adil Rami. Diikuti oleh Griezmann ke Pareja. Sedang, Carasco berorientasi ke Mercado, serta Correa ke Escudero. Pemain yang dilepas adalah Filho, Wingback di sisi jauh dari bola.

Pressing yang dilancarkan Griezmann dkk menyulitkan bangunan serangan Sevilla. Situasi ini beberapa kali memaksa Rico dan trio bek Sevilla harus melakukan long pass berbuah transisi. Pada beberapa momen lain, gelombang pressing Atleti malah berbuah pada turnover di depan boks Sevilla. Ini membuat Griezmann-Gameiro mendapat beberapa peluang mengancam setelah sukses menggagalkan build up Sevilla.

Pertunjukan sebenarnya belum benar-benar dimulai. Bukan Sampaoli namanya kalau tak mampu mengatasi problem build up ini. Pemain Sevilla mulai melakukan rotasi dan transposisi untuk senantiasa menciptakan jumlah orang lebih. Dimana extra man ini bisa menjadi pemain yang melakukan progresi ke depan. Model ini merupakan sesuatu yang biasa dilakukan untuk keluar dari high pressing lawan. Akan tetapi, Sevilla melakukannya dengan cara yang cukup unik.

Trio bek Sevilla memecahkan diri. Filho di kanan naik lebih tinggi menjadi sayap kanan. Mercado yang sejatinya stoper kanan bergeser lebih melebar. Ia kini bermain seolah seperti fullback kanan dalam suatu barisan back four. Escudero juga naik tinggi menjadi seperti sayap kiri. Tingginya dua wingback Sevilla memberi kesempatan bagi Vitollo dan Vasquez untuk masuk di halfspace di ruang antar lini (belakang dan tengah Atleti).

Rotasi ini menyisakan Rami dan Pareja di bawah kontra Griezmann dan Gameiro. 2v2 dengan direct opponent di bawah tentu bukan ide bagus. Rotasipun berlanjut dengan turunnya Nzonzi segaris dengan bek tengah. Ia bisa menyelip diantara Rami dan Pareja. Atau turun di sebelah kanan Pareja mengikuti situasi ruang yang tersedia.

Turunnya Nzonzi dari tengah sulit diikuti gelandang Atletico. Sebab bila Koke atau Gabri mengikuti Nzonzi, maka akan tercipta lubang besar di lini tengah Atletico. Mengingat Carasco masih belum sepenuhnya dalam posisi inline dengan lini tengah saat harus mengikuti pergerakan Mercado. Yes, Sevilla pun kembali mendapatkan 3v2 untuk bisa progresi ke depan. Memaksa Atleti harus menurunkan garis pertahanannya menjadi blok medium.

Flank Overload dan “0” Midfield.

Sukses menurunkan blok pertahanan Atleti bukan berarti pekerjaan selesai. Bukan rahasia lagi, blok pertahanan medium Atleti 14420 narrow berbasis zonal merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Alih-alih menjaga seluruh lebar lapangan, pergeseran defend Atleti cenderung melindungi area tengah dan “setengah” melepas area sayap.

Dilepasnya area sayap ini bukan tanpa sebab. Atleti sengaja “mengkosongkan” ruang tersebut agar lawan masuk. Tentunya saat lawan masuk, fullback-sayap-striker di sisi tersebut akan mengkeroyok dengan jebakan pressing ketat. Tujuan lain dari pengkosongan area sayap ini ialah merangsang lawan untuk melakukan crossing. Hal yang memang dinantikan Atleti, karena mereka unggulan secara kuantitas dan kualitas pemain.

Lagi-lagi solusi Sampaoli begitu unik. Setelah Nzonzi berotasi menjadi bek tengah, kini giliran Nasri juga ikut turun ke ruang di sebelah Rami seolah menjadi bek kiri. Jadi, Sevilla punya dua gelandang dan semua turun? Ya! Lalu siapa gelandang Sevilla di tengah? Tidak ada! Formasi Sevilla resmi nyaris menjadi 1505. “Hah, ada ya main bola kayak gitu,” gumam saya.

Jelas, Sampaoli melakukannya bukan asal-asalan. Ia berusaha menciptakan menang jumlah pemain di bawah dan pinggir. Hasil rotasi tersebut adalah Sevilla memiliki 3 pemain di belakang (Rami, Nzonzi, Pareja). 3 pemain di pinggir kiri (Nasri, Escudero, Vitollo). Lalu 3 pemain di pinggir kanan (Mercado, Filho dan Vasquez). Superioritas jumlah di bawah dengan 3 bek narrow akan melindungi Sevilla dari ancaman counter attack duet Griezmann dan Gameiro.

Sedangkan menang jumlah di pinggir (flank overload) dibuat untuk mengeksploitasi ruang yang biasa dikosongkan Atleti. Ketika Atleti focus melindungi area sentral, maka Sevilla tak memulai serangan dari sana. Tak heran, nyaris tidak ada pemain Sevilla yang berdiri di area sentral. Sampaoli justru memilih untuk mengirimkan banyak orang di area pinggir. Mungkin kata Sampaoli: "Ente buka pinggir, ya kite rame-rame masuk pinggir!"

Konsekuensinya, sayap dan fullback Atleti tak bisa melepas area ini. Usaha mereka untuk mengkeroyok dengan bantuan garis pinggir juga tak berjalan, karena Sevilla memiliki 1 pemain lebih. Ini memaksa Gabri atau Koke beberapa kali juga harus terseret ke pinggir. Simeone alami dilema. Jika ia tak melempar pemain ke pinggir, Sevilla bisa berprogresi dari pinggir. Jika banyak pemain dilempar ke pinggir, maka kompaksi defend Atleti merenggang. Membuat Sevilla punya gap untuk penetrasi dari tengah. Juga ada kesempatan untuk switch ke area sayap sisi lain.

Flank overload inilah yang menjadi kunci permainan menyerang Sevilla yang membuahkan banyak peluang gol. Vasquez dan Vitollo bergerak dinamis di belakang fullback Atleti atau di ruang antar lini. Nasri menjadi bintang malam itu. Selain turun bantu build up dan progresi, ia cepat naik ke depan. Merenggangnya blok Atleti, membuat kombinasi Nasri di antar lini sungguh mengancam. Permainan impresif Oblak dan penyelamatan tiang gawang selamatkan Simeone dari kebobolan lebih dari sebiji gol. Pertandingan yang memberi pelajaran fantastis!

@ganeshaputera

*tulisan versi perdana telah dimuat di www.dribble9.com

bottom of page