Laga pembukaan Piala AFF 2016 menjadi milik Thailand sepenuhnya. Indonesia yang sempat mengimbangi Thailand di awal babak ke-2 harus mengakui keungulan Thailand dengan skor 4-2. Kiatisuk Senamuang kembali memperpanjang rekor sempurnanya sebagai pelatih dengan selalu menang atas timnas garuda.
Teka-teki apakah Riedl kembali mainkan 1442 atau beralih ke 14411 terjawab sudah. Rield putuskan untuk setia dengan game model yang telah dibangunnya sejak pertama kembali menukangi timnas. Riedl hanya menyesuaikan komposisi pemainnya. Kurnia Meiga mengawal gawang di belakang kuartet Abduh-Fachrudin-Yanto-Benny. Lini tengah diisi oleh duet Bayu Pradana dan Stefano Lilipaly. Rizky Pora dan Andik menjadi andalan di sector sayap menopang duet Boaz-Lerby di depan.
Sempat mengaku lebih suka tampilkan 1433, Kiatisuk Senamuang kembali mainkan formasi 13412 seperti kontra Australia. Kawin sebagai penjaga gawang, mendukung kinerja trio Adison-Prathum-Kesarat. Trio lini tengah diisi Yooyen-Anan yang berdiri di belakang Songkrasin. Wingback kiri diisi oleh Peerapat, sedang Tristan mengisi pos wingback kanan. Chatton berduet dengan Dangda sebagai ujung tombak di depan.
Menang Jumlah Pemain
Dari tumbukan formasi 1442 vs 13412, secara natural terjadi overload di beberapa sector lapangan. Thailand unggul jumlah pemain 3v2 di belakang dan di tengah. Sedangkan Indonesia unggul jumlah pemain 2v1 di pinggir kiri dan kanan lapangan. Berdasarkan situasi tersebut, kemenangan amat ditentukan pada sejauh mana kedua tim mampu memanfaatkan sebaik mungkin area dimana mereka menang jumlah pemain.
Thailand mengejutkan Indonesia dengan gol cepat di menit awal manfaatkan sapuan angin Yanto Basna. Entah ini penyebabnya atau bukan, setelah itu bangunan serangan tim Gajah Putih berlangsung nyaman. Thailand selalu memulai serangan secara konstruktif dari bawah. Stoper kiri dan kanan mereka melebar maksimal untuk menciptakan situasi 3v2 kontra Boaz dan Lerby.
Situasi menang jumlah ini dimanfaatkan dengan baik untuk progresi bola ke depan. Kesarat dan Adison adalah bek tengah yang memiliki kemampuan menyerang prima. Sirkulasi diantara ketiga bek plus kiper membuat Thailand selalu membuat Boaz dan Lerby menjadi out of play. Hal ini makin dipermudah karena tak satupun gelandang Thailand yang turun jemput bola. Mereka selalu berdiri di belakang Lerby dan Boaz. Selain itu, Rizki Pora dan Andik juga berorientasi pada Peerapat dan Tristan, wingback Thailand.
Memang melakukan pressing pada lawan back three bukan pekerjaan mudah. Andik dan Rizky Pora menghadapi dilema. Jika mereka beorientasi pada wingback Thailand, maka terjadi situasi 2v3 di depan. Jika mereka naik tinggi untuk mempressing centerback kiri dan kanan Thailand, maka Peerapat dan Tristan akan free. Jika Abduh atau Benny harus naik tinggi pressing wingback lawan, maka aka nada ruang besar di belakang fullback yang mudah dieksploitasi Songkrasin, Dangda dan Chattong.
Setelah build up fase pertama sukses, Thailand makin menggila dalam progresi serangan lanjutan. Situasi 3v2 sukses diutilisasi dengan baik. Salah satu dari Yooyen, Anan atau Songkrasin selalu free dan terakses umpan vertical. Bayu dan Fano umumnya berorientasi pada Yooyen dan Anan, sehingga seringkali Songkrasin benar-benar bebas. Songkrasin adalah pemain yang cerdik berdiri di antar lini. Ia selalu berdiri di lubang jalur passing, serta di belakang Bayu dan Fano.
Bebasnya Songkrasin membuat barisan bek Indonesia perlu mengkompensasi situasi ini. Beberapa kali situasi dikompensasi dengan Abduh atau Benny harus masuk ke tengah memarking Songkrasin. Atau Fachrudin/Yanto harus naik keluar dari lininya untuk memarking Songkrasin.
Kompensasi yang dilakukan 4 bek timnas untuk menutup Songkrasin di ruang antar lini membuat lini belakang jadi keriting. Konsekuensi dari kompensasi ini adalah adanya ruang yang bisa dieksploitasi Chattong-Dangda dan Peerapat-Tristan. Gol kedua adalah contoh kecerdikan Songkrasin menciptakan jumlah lebih di sisi kanan Indonesia. Penetrasinya kemudian berbuah cutback untuk Dangda.
Permainan di Pinggir
Di sepakbola, jika terjadi situasi menang jumlah pemain di suatu area, maka pasti di area yang lain akan terjadi situasi kalah jumlah pemain. Hal yang sama terjadi di pertandingan tadi. Thailand boleh unggul di tengah, tetapi Indonesia sebenarnya unggul jumlah pemain 2v1 di pinggir. Praktis fullback dan winger kita yang beroperasi di pinggir hanya memiliki 1 lawan, yaitu wingback Thailand.
Sayangnya situasi ini tidak terutilisasi dengan baik. Abduh Lestaluhu ataupun Benny Wahyudi terlihat pasif dalam naik menciptakan 2v1 kontra wingback Thailand. Padahal tingginya posisi Rizky Pora dan Andik memberikan ruang besar bagi Abduh atau Benny untuk naik dan ciptakan kebingungan bagi Peerapat dan Tristan.
Meski tidak mendapat bantuan memadai dari fullback, Indonesia tetap merepotkan pertahanan lawan lewat permainan dari pinggir ini. Terutama di sector sebelah kanan (kiri Thailand), dimana Boaz sering bergerak melebar dan ciptakan 2v1 dengan Andik kontra Peerapat. Kondisi ini memaksa back three Thailand merenggang. Atau back three Thailand harus bergeser terlalu ekstrim ke bola dan meninggalkan ruang besar untuk sayap sisi jauh Indonesia.
Situasi serangan sayap ini menghasilkan dua gol penyama bagi Indonesia. Gol pertama murni hasil permainan solo Rizky Pora dan Boaz. Dengan trengginas, Boaz mampu mencetak goal sundulan telak, meski dikeroyok oleh trio centerback Thailand. Sedangkan kedua, Indonesia mendapat keuntungan dari merenggangnya back three Thailand akibat Kesarat harus tertarik jauh ke pinggir. Situasi yang membuat Lerby dengan mudah menyelinap di belakang dua center back Thailand tersisa.
Perubahan Taktik
Kiatisuk adalah pelatih pembaca permainan jitu. Melihat gelagat dipermaknya sector kiri mereka, ia masukkan Bunmathan gantikan Peerapat. Wingback kiri yang lebih segar dan berpengalaman sedikit meredam kecepatan Andik dan Boaz di sector tersebut. Kinerja Kesarat amat terbantu dengan masuknya Bunmathan.
Untuk penyerangan, Kiatisuk dorong Yooyen lebih ke depan. Dimana selain Songkrasin, kini Yooyen turut berdiri di belakang Bayu-Fano. Dua gol penentu Thailand berawal dari kontribusi Yooyen. Pada gol ke-3, gerakan Bunmathan merengsek ke boks penalty sukses menarik Bayu dan Fano ke pinggir. Yooyen lalu buat layoff akurat untuk Dangda hujamkan tendangan keras tanpa kawalan siapapun.
Pada gol terakhir, posisi Yooyen berada di gap antara Yanto dan Benny Wahyudi. Sedangkan Songkrasin berdiri di antar lini di depan Yanto. Situasi 2v1 ditujukkan pada Yanto. Pada situasi tersebut, Yanto harus menjaga 2 pemain sekaligus. Dalam rekaman, terlihat Yanto sedikit melangkah untuk pressing Songkrasin. Boom! Bunmathan pun passing ke Yooyen yang kosong dan diteruskannya ke Dangda. Selamat untuk Thailand dan Kiatisuk!
@ganeshaputera
*tulisan versi asli dari yang dimuat di bola.com