top of page
K! EVENT
Recent Posts

Taktik Batasi Kreativitas, Tapi Perlu!


Beberapa hari lalu, penulis sempat mendapatkan pertanyaan dari kolega pelatih muda. Pertanyaannya apakah taktik tim akan membatasi kreativitas pemain? Pertanyaan tersebut begitu menggugah penulis. Sebab pertanyaan ini merupakan cerminan minimnya pemahaman terhadap filosofi sepakbola. Boleh jadi pertanyaan ini juga menjadi pertanyaan banyak orang!

Sebelum mengupas terlalu jauh soal taktik tim, penulis teringat cerita masa lampau menarik. Di tahun 2009, Pelita Jaya besutan Coach Fandi Ahmad sukses menjadi Juara III Copa Dji Sam Soe. Prestasi fenomenal mengingat Pelita Jaya hanya bermaterikan pemain muda seperti Egi Melgiansyah (19 tahun) dan Dedi Kusnandar (18 tahun).

Di musim berikutnya Pelita Jaya tambah amunisi pemain senior. Celakanya, prestasi tim justru melorot. Firman Utina, salah satu pemain senior tak betah dan pindah ke Persija. Dalam laga Persija v Pelita Jaya, ia jadi penentu dan rayakan gol sambil meledek staf pelatih Pelita Jaya. Cerita dari kolega penulis di Persija adalah Firman tak betah dengan taktik rigid Fandi. “Semua serba diatur, kami dibuat seperti robot,” serunya kurang lebih.

Cerita lain datang dari kolega pelatih yang juga bekerja di salah satu klub profesional. Saat latihan, ia sempat berdebat dengan ikon klub yang pernah malang melintang di timnas. Kolega saya memintanya untuk tidak turun ke bawah menjemput bola. Si pemain pun berargumen sengit, “Coach, sepakbola kan situasional, tidak bisa diatur-atur seperti itu,” ujarnya.

Kreatifitas Memang Harus Dibatasi

Berangkat dari dua cerita sepakbola di atas, kita kembali pada pertanyaan besar di awal tulisan. Yakni apakah taktik tim membatasi kreatifitas pemain dalam bermain sepakbola? Jawabannya YA TENTU SAJA! Hanya saja taktik tim tetap PERLU! Sebab di sepakbola, kreatifitas memang harus dibatasi!

Kok bisa? Secara objektif, setiap aksi sepakbola selalu berawal dari komunikasi. Sebelum pemain A lakukan passing, ia harus berkomunikasi (non verbal/verbal) dengan pemain B yang berlari meminta. Setelah itu A akan memutuskan dan mengeksekusi passing. Sedang B akan memutuskan dan eksekusi lari ke ruang untuk terima passing. Singkat kata, aksi di sepakbola adalah INTERAKSI dengan kawan dan lawan (22 orang, 1 bola).

Proses komunikasi yang lambat akan memperlambat pengambilan keputusan dan eksekusi suatu aksi sepakbola. Di sini peran taktik tim menjadi krusial. Taktik tim adalah panduan cara bermain yang telah disepakati bersama untuk mempercepat komunikasi. Ya, dengan adanya taktik tim, seorang pemain dapat memprediksi dengan mudah aksi yang akan dilakukan oleh 10 teman lainnya. Tentu suatu aksi jauh lebih cepat bila pemain hanya perlu memikirkan 11 lawan!

Pada situasi build up tim yang bermain 1433 vs lawan 1442. Secara natural, akan tercipta 4v4 di bawah yang membuat sulit terjadi progresi ke depan. Solusi situasi ini sangat beragam. Bisa saja fullback naik tinggi, dua centerback melebar dan No.6 turun menyelip untuk ciptakan 3v2. Tapi bisa juga No.6 turun di sebelah kiri atau kanan duet centerback. Bisa juga tak perlu ada yang turun, karena kiper ikut main dan ciptakan 3v2. Apapun bisa!

Lalu pada situasi sayap kanan menguasai bola dan siap melancarkan crossing. Tentu harus ada pemain yang pergi ke tiang dekat, tengah, jauh dan cutback. Siapa yang harus pergi? Striker boleh saja pergi ke tiang dekat, tengah atau jauh, bahkan jadi opsi cutback sekalipun. Demikian pula pemain No.10, 11, 8. Sekali lagi, apapun bisa!

Pertanyaannya, apa yang akan terjadi bila saat build up, pemain No. 6 kreatif menyelip di antara dua centerback, tapi salah satu centerback kreatif juga berlari ke tengah, ke tempat yang sama? Lalu bagaimana saat situasi crossing, pemain No. 9, 10, 11, 8 semuanya kreatif berlari ke tiang dekat? Ya, kreatifitas 11 orang tanpa kesepakatan (taktik) tim berujung pada CHAOS! Kesimpulannya di sepakbola, kreatifitas memang harus dibatasi!

Situasional

Lalu bagaimana taktik tim bisa mengatasi dinamika situasi permainan sepakbola yang selalu berubah-ubah? Solusi mengatasi dinamika situasi tersebut adalah pelatih (tim) harus menyepakati taktik tim yang rigid dan mengantisipasi berbagai situasi. Sehingga segala skenario situasi telah diantisipasi dalam rencana taktik permainan.

Ambil contoh kembali pada situasi build up tim 1433 vs tim 1442. Bisa saja taktik tim menuntut pemain No. 6 drop menyelip diantara dua centerback melebar untuk tercipta 3v2. Tetapi, rencana taktik tim yang baik tidak cukup berhenti di situ. Taktik tim juga harus antisipasi segala kemungkinan. Misal, apa yang harus dibuat bila gelandang lawan ikut dan terjadi 3v3? Apa yang harus dibuat bila dua striker melakukan chanelling ke pinggir? Dan seterusnya.

Dengan memiliki taktik rigid, tim tidak secara pasif merespon situasi, tapi proaktif menciptakan situasi. Alih-alih build up tanpa taktik dan merespon cara lawan lakukan pressing, lebih baik lakukan suatu formasi build up dan menunggu respon mereka. Kalau lawan merespon dengan pressing model A, kita progresi model X. Jika lawan press cara B, kita progresi model Y. Situasional, tapi terprediksi!

@kickoffid

bottom of page