top of page
K! EVENT
Recent Posts

Merumuskan Kreativitas di Sepakbola (Bagian-2)

Tulisan ini merupakan sambungan dari artikel sebelumnya.

4)Antara TGfU, tactical-periodization, dan kreativitas taktik

Dalam pedogogi olahraga, dikenal sebuah konsep pembelajaran yang dinamakan Teaching Games for Understanding (TGfU). Konsep ini ditawarkan oleh David Bunker dan Rod Thorpe (Kirk and McPhail, 2002).

Model pertama TGfU Model pertama ini kemudian direvisi oleh David Kirk and Ann MacPhail sendiri (Kirk and MacPhail, 2002) dengan mempertimbangkan situationed learning, yaitu sebuah teori yang mempelajari bagaimana manusia memeroleh (acquire) ketrampilan dan hubungan antara proses belajar dengan situasi sosial.

Model revisi TGfU

Pada “bagian akhir” dari model revisi, didapatkan sebuah kondisi Legitimate peripheral participation (LPP), yang menjelaskan bagaimana pelajar/pemain/murid menjadi (lebih) berpengalaman setelah melewati tahap-tahap pelatihan.

LPP describes how newcomers become experienced members and eventually old timers of a community of practice or collaborative project (Lave & Wenger, 1991, ).

Singkatnya, berdasarkan model di atas dan demi kepentingan penggunaan model TGfU dalam pendidikan jasmani di sekolah, Hari Amirullah Rachman, dalam jurnalnya tahun 2008, menyampaikan 6 komponen utama yang membentuk model pembelajaran TGfU:

  1. Bentuk permainan (game form) menyesuaikan karakteristik dan tahap perkembangan anak didik.

  2. Untuk memunculkan pemahaman anak mengenai permainan yang akan dilakukan, maka diperlukan konseptualisasi nilai-nilai permainan.

  3. Mengembangkan cara berpikir strategis (strategic), berdasarkan poin no. 2.

  4. Membuat keputusan (decision-making) mengenai apa yang harus dilakukan serta bagaimana cara melakukannya (pemahaman taktik).

  5. Pelaksanaan gerak dengan menggunakan teknik-teknik yang telah terpilih (movement execution).

  6. Mengembangkan suatu keterampilan bermain (skill development) yang didukung oleh pemahaman taktik dan pelaksanaan teknik gerak yang baik (mencapai tahap LPP).

Konsep TGfU sejalan dengan konsep non-linear pedagogy yang menekankan pentingnya melatih aspek teknis pada anak sekaligus fisik dan interaksi soasial di antara mereka. Pandangan ini sepikiran dengan ide menghadirkan kreativitas dalam permainan (tim), pada umumnya, dan sepakbola, pada khususnya.

Dalam sepakbola, aksi-aksi kreatif terdefinisi dalam aksi motorik. Aksi motorik sendiri merupakan representasi pemahaman pemain terhadap taktik dan pengambilan keputusan yang didukung oleh kemampuan teknis (eksekusi) dan fisik.

Pendekatan TGfU yang dimulai dari wilayah kognitif kemudian menuju ke wilayah teknis (Kirk and McPhail, 2002) membuat model ini mampu merangkul area kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam satu proses pembelajaran/pelatihan.

Dengan model TGfU, seorang trainee/partisipan/murid belajar memahami model dan konsep permainan, mengembangkan pengetahuan deklaratif dan analisis, mengambil keputusan, melakukan eksekusi (prosedural), sampai “akhirnya” menjadi terbiasa, lancar, fleksibel, dan tepat sasaran.

Model TGfU memiliki kesamaan kerangka berpikir dengan pemikiran yang memandang sepakbola sebagai sebuah entitas yang dibangun dari empat fakta objektif, yaitu taktik (model permainan), wawasan (pengambilan keputusan), teknik (eksekusi/psikomotorik), dan fisik (daya tahan).

Keempatnya sama pentingnya, walaupun, dalam model pemikiran ini sepakbola berangkat dari taktik. Pentingnya mengetahui (dan memahami) adanya kaitan antara TGfU dan 4 fakta objektif dapat membantu Anda untuk memahami tactical-periodization.

Model TGfU sangat sejalan dengan apa yang ditawarkan sekaligus menjadi tujuan tertinggi dari tactical-periodization (periodisasi taktik). Kenapa dinamakan periodisasi taktik, karena menurut Prof. Victor Frade, pencetus metode ini, taktik (yang supradimensional) berada pada hirarki paling atas.

Dari taktik, semua bermula dan secara holistik merangkul eksekusi teknis, pengambilan keputusan, intensitas konsentrasi, priming, fisik, dan pemulihan - yang sejalan dengan teori-teori incubation (inkubasi) sebagai bagian krusial dari proses menghasilkan solusi kreatif.

5) Kreativitas taktik dalam olahraga tim

Martindale (1981) oleh Memmert 2007.

Semakin seseorang mampu berfokus ke banyak elemen secara simultan, semakin berpotensi dirinya untuk mendapatkan lebih banyak ide kreatif. Sederhananya, semakin seorang pemain sepakbola mampu mengakses dan melibatkan dirinya ke dalam lebih banyak permasalahan serta solusi taktis, semakin tinggi kemungkinan bagi dirinya untuk mendapatkan lebih banyak ide kreatif dan melakukan aksi kreatif ke depannya.

Daniel Memert - figur terdepan untuk penelitian di bidang sepakbola - melakukan sebuah tes yang bertujuan untuk mengukur pengaruh attention-broadening program dan narrow-breadth program terhadap breadth of attention dalam grup pelatihan (olahraga tim) anak-anak. Tes yang dilakukan Memert bertujuan untuk melihat pengaruh dua program tersebut terhadap performa kreatif dalam tes dengan dua level kompleksitas berbeda – kompleksitas sederhana dan kompleksitas kompleks.

Dalam grup attention-broadening:

  • Pelatih adalah memimpin sesi pelatihan dan menjelaskan ide permainan/latihan dan peraturan latihan.

  • Pelatih tidak memberikan nasihat/instruksi taktik juga tidak memberikan masukan selama sesi latihan. Tujuannya, untuk membiarkan anak untuk mendapatkan sebanyak mungkin stimulus, baik relevan maupun tidak, dalam situasi taktis yang kompleks.

Dalam grup narrow-breadth:

  • Pelatih memimpin dan memberikan instruksi taktik yang eksplisit, spesifik, dan penuh dengan koreksi (menurut interpretasi pelatih) untuk setiap reaksi/aksi anak dalam semua tipe dan sesi pelatihan.

Para partisipan diberikan pelatihan selama 6 bulan. Tes dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan pasca pelatihan. Hasilnya, sesuai hipotesis pra-pelatihan, grup attention-broadening merupakan grup yang mengalami perbaikan signifikan dalam peforma kreatif. Grup attention-broadening mengalami peningkatan sampai ± 51% dan grup narrow-breadth mengalami perbaikan sebanyak ± 7,7 %.

Dalam kesimpulannya, Memmert berpendapat kreativitas taktik dapat dikembangkan berdasarkan model-model tertentu. Teori ini, pada gilirannya, bila digabung dengan berbagai penelitian yang dilakukan oleh Me